front end framework terbaik

Ada berbagai cara untuk membangun sebuah website melalui coding. Salah satu cara yang termudah yaitu dengan menggunakan front end framework. Kalian bisa membuat tampilan website yang menarik dan profesional dengan lebih cepat. Nah, ada banyak front end framework yang tersedia dan bisa kalian coba, lho. Ketahui ada front end framework apa saja yuk di Top 10 Front End Framework Terbaik

Apa itu Front End Framework?

Front end sendiri berada di sisi client atau bisa disebut sebagai visual yang akan dilihat oleh client. Pembangunan website dari awal bukanlah hal yang mudah karena kalian harus memperhatikan tampilan UI yang menarik, desain web responsif, dan aksebilitas yang dimiliki. 

Front end framework adalah kerangka kerja yang membantu front end developer untuk mempermudah  dalam pengembangan website. 

Di dalam penggunaan framework bukan berarti kalian tidak akan bertemu dengan code, ya. Justru ada beberapa aturan code khusus jika kalian ingin menggunakannya. 

Dengan code tersebut tentunya dapat meningkatkan kinerja kalian karena kalian bisa memanfaatkan beberapa fungsi dan plugin yang disediakan untuk mempersingkat dan mengoptimalkan code yang dibuat.

10 Front End Framework Terbaik 2022

Berikut adalah 10 front end framework terbaik berdasarkan rating yang diperoleh di Github:

  • Vue.js
  • React
  • Angular
  • jQuery
  • Svelte
  • Semantic UI
  • Preact
  • Foundation
  • Backbone.js
  • Ember.js

Simak yuk penjelasan lengkap untuk masing-masing framework!

1. Vue.js

Salah satu front end framework paling populer saat ini, Vue.js, merupakan framework yang sederhana dan lugas. Hal ini dianggap bagus dikarenakan menghilangkan kompleksitas yang dihadapi developer Angular. Ukuran Vue.js lebih kecil dan menawarkan dua keunggulan utama, yakni DOM visual dan berbasis komponen.

front end framework terbaik 1

Vue.js merupakan framework berjenis MVVM (Model-View ViewModel) yang dibangun di atas bahasa JavaScript. Front end framework yang satu ini punya aturan penulisan kode yang simpel sehingga mudah digunakan oleh pemula.

Meski dibuat untuk mengoptimalkan kinerja aplikasi dan mengatasi kerumitan, Vue.js tidak begitu populer di kalangan raksasa pasar. Namun, Alibaba, 9gag, Reuters, Xiaomi adalah pengguna kerangka ini. Vue.js terus berkembang dalam hal adopsi meski lebih sedikit peminat dari Silicon Valley.

Fitur-Fitur Unggulan Vue.js:

  • Virtual DOM (Document Object Model) – Tiruan dari Real DOM untuk menyimpan dan mereview perubahan kode sebelum menerapkannya di Real DOM.
  • Components – Membuat sekaligus mengelola elemen kustom dalam format HTML nya sehingga dapat digunakan berulang-ulang.
  • Two-way Data Binding – Menjadikan setiap perubahan kode di JavaScript berpengaruh terhadap tampilan HTML, begitu pula sebaliknya.

Kelebihan Vue.js:

  • Dokumentasi yang luas dan rinci.
  • Sintaks yang sederhana – programmer dengan latar belakang JavaScript dapat dengan mudah memulai dengan Vue.js.
  • Fleksibilitas untuk mendesain struktur aplikasi.
  • Dukungan ketikan.

Kekurangan Vue.js:

  • Kurangnya stabilitas komponen.
  • Komunitas yang relatif kecil.
  • Hambatan bahasa dengan plugin dan komponen (kebanyakan plugin ditulis dalam bahasa Mandarin sehingga sulit dipahami dan digunakan).

2. React

React adalah salah satu framework paling sederhana untuk dipelajari. Framework ini dikembangkan oleh Facebook untuk memperbaiki persoalan pemeliharaan kode karena penambahan fitur aplikasi.

front end framework terbaik 2

Oia, React sebenarnya bukan sebuah front end framework murni, melainkan sebuah library berbasis JavaScript. Namun, ia tetap punya berbagai fitur layaknya sebuah framework, contohnya DOM (Document Object Model).

Di samping itu, React juga punya kinerja stabil. Hal tersebut membuatnya bisa diandalkan untuk membangun PWA (Progressive Web Apps) dan SPA (Single Page Application) yang dipersiapkan untuk menampung banyak trafik.

Fitur-Fitur Unggulan React:

  • Virtual DOM – Sama seperti Vue.js, React juga dibekali Virtual DOM yang berguna untuk menyimpan berbagai perubahan kode.
  • Libraries Integration – Menjadikan React bisa digunakan bersama dengan berbagai library berbasis JavaScript.
  • JSX (JavaScript XML) – Ekstensi sintaks JavaScript untuk memudahkan modifikasi DOM dengan kode berformat HTML.

Kelebihan React:

  • Komponen bisa digunakan berulang-ulang di berbagai halaman aplikasi.
  • Kemudahan untuk menulis komponen tanpa perlu mengenalkan (deklarasi) Class-nya.
  • Menyediakan berbagai tools pengembang dengan fitur-fitur yang melimpah.

Kekurangan React:

  • Dokumentasi yang berubah-ubah, mengingat frekuensi update yang terlalu sering.
  • Agak sulit dipelajari pemula karena JSX yang cenderung rumit.

3. Angular 

Angular adalah satu-satunya framework yang berdasar pada TypeScript di daftar 10 front end framework terbaik. Resmi diluncurkan pada tahun 2016, Angular dikembangkan oleh Google untuk menjembatani antara tuntutan teknologi yang semakin meningkat dan konsep konvensional.

front end framework terbaik 3

Tidak seperti React, Angular unik dengan fitur pengikatan data dua arahnya. Artinya, ada sinkronisasi waktu nyata antara model dan tampilan, yang mana setiap perubahan dalam model tercermin langsung pada tampilan dan sebaliknya.

Jika proyek kalian melibatkan pembuatan aplikasi seluler atau web, Angular sangat cocok untuk dijadikan pilihan pengerjaan front end kalian. Selain itu, kalian juga dapat menggunakan kerangka kerja ini untuk mengembangkan aplikasi web multi-halaman serta progresif. Perusahaan seperti BMW, Xbox, Forbes, Blender, dan sebagainya menerapkan aplikasi yang dibuat dengan Angular.

Fitur-Fitur Unggulan Angular:

  • Directives – Memudahkan developer untuk mengatur DOM sehingga bisa menghasilkan konten berformat HTML yang lebih dinamis.
  • Hierarchical Injections – Memudahkan pengelolaan komponen kode untuk keperluan pengujian atau penggunaan ulang.
  • Two-way Data Binding – Mirip dengan Vue.js, Angular menggunakan two-way data binding untuk kemudahan sinkronisasi antara Model dan View.

Kelebihan Angular:

  • Setiap perubahan kode bisa ditampilkan hasilnya secara instan karena adanya Two-way Data Binding.
  • Dapat menggunakan komponen secara berulang-ulang cukup dengan sekali menulis komponen.
  • Jumlah baris kode yang diperlukan untuk membangun aplikasi jadi lebih sedikit.
  • Dukungan resmi dari Google dan komunitas yang luas.

Kekurangan Angular:

  • Agak sulit dipelajari oleh pemula, mengingat aturan penulisan kode yang cukup rumit.
  • Struktur aplikasi yang dihasilkan cenderung rumit sehingga bisa menurunkan kinerja aplikasi.
  • Kemampuan SEO yang terbatas sehingga kurang SEO friendly.

4. jQuery

jQuery adalah salah satu front end framework tertua yang dirilis sejak tahun 2006. Meski begitu, jQuery masih cukup relevan digunakan untuk membangun website, mobile app, dan desktop app.

front end framework terbaik 4

Sama seperti React, jQuery sebenarnya adalah library JavaScript dan bukan merupakan framework. Nah, jQuery punya fungsi utama yaitu untuk memanipulasi CSS dan DOM sehingga menghasilkan website yang lebih interaktif.

Selain itu, jQuery juga menawarkan kemudahan penggunaan dengan memangkas aturan penulisan kode JavaScript menjadi lebih ringkas. jQuery juga didukung komunitas yang luas dan berpengalaman.

Fitur-Fitur Unggulan jQuery:

  • Versatile Event Handling – Memangkas jumlah baris kode untuk perintah yang melibatkan aktivitas pengguna, seperti klik pada mouse.
  • jQuery Mobile – Framework HTML5 berbasis System-UI untuk memudahkan developer dalam membangun mobile app.
  • Browser Interchangeability – Mampu menjalankan berbagai fungsi di hampir semua browser tanpa mengalami kendala berarti.

Kelebihan jQuery:

  • Mudah dipelajari dan digunakan oleh pemula karena penulisan kode yang simpel.
  • Mendukung hampir semua browser yang ada di pasaran.
  • Menyediakan beragam pilihan plugin untuk menambah fiturnya.

Kekurangan jQuery:

  • Ukuran yang tergolong besar, satu package jQuery terdiri atas semua komponen DOM, Events, Effects, dan AJAX.
  • Kinerja yang tergolong lambat, mengingat ukuran yang besar.
  • Tidak memiliki Data Layer sehingga proses memanipulasi DOM jadi lebih rumit.

5. Svelte

Bertolak belakang dengan jQuery, Svelte adalah front end framework dengan usia paling muda yang ada di daftar ini. Sebab, Svelte baru diluncurkan pada 2016 lalu.

front end framework terbaik 5

Berbeda dengan yang lain, Svelte bukan merupakan framework maupun library, melainkan sebuah compiler. Nah, compiler yang satu ini berbasis JavaScript, HTML, dan CSS sekaligus.

Tenang, meski menggabungkan tiga elemen, performanya tetap stabil, kok. Bahkan, Svelte dianggap sebagai salah satu framework tercepat saat ini. Selain itu, juga tergolong ringan karena aturan penulisan kode yang cenderung ringkas.

Fitur-Fitur Unggulan Svelte:

  • Modularity Principles – Mengelompokkan berbagai komponen lalu mengisolasinya sehingga memudahkan proses pengembangan aplikasi.
  • Boilerplate-free Coding – Menghasilkan modul secara seragam dalam bentuk Vanilla JavaScript dari komponen berformat HTML, CSS, dan JavaScript.

Kelebihan Svelte:

  • Lebih ringan dan simpel karena bisa menggunakan library JavaScript yang sudah ada.
  • Kinerja lebih cepat dibanding framework populer lain, seperti React atau Angular.
  • Aturan kode yang minimalis sehingga proses pengembangan aplikasi lebih cepat.

Kekurangan Svelte:

  • Dukungan komunitas yang minim dan belum berkembang.
  • Tools pengembang yang tersedia masih sedikit.
  • Belum terlalu populer karena tergolong masih baru.

6. Semantic UI

Mirip dengan Svelte, Semantic UI adalah front end framework yang masih tergolong baru. Framework ini baru diluncurkan 2014 oleh Jack Lukicthis, seorang full-stack developer.

front end framework terbaik 6

Nah, Semantic UI adalah framework berbasis CSS. Makanya front end framework yang satu ini secara bawaan tidak menggunakan DOM maupun Data Binding sama sekali.

Meski begitu, Semantic UI mendukung integrasi dengan framework lain, seperti React, Angular, dan Ember.js. Selain itu, ia juga menyediakan dukungan plugin pihak ketiga untuk menambah fitur-fiturnya.

Fitur-Fitur Unggulan Semantic UI:

  • Themes Collections – Menyediakan ribuan tema dan puluhan komponen untuk mempercantik dan menambah fitur-fitur terkait interface.
  • Exchangeable Concepts – Mengadopsi bahasa manusia ke dalam aturan penulisan kode, contohnya ketika menulis Class.
  • Development Toolset – Memudahkan konfigurasi CSS, JavaScript, dan Font, sehingga bisa digunakan untuk aplikasi lain cukup dengan sekali tulis.

Kelebihan Semantic UI:

  • Tersedia berbagai pilihan tema dan komponen UI.
  • Aturan penulisan kode yang mudah dipahami.
  • Mendukung berbagai integrasi sehingga banyak fitur bisa ditambahkan.

Kekurangan Semantic UI:

  • Ukuran package yang cukup besar.
  • Dukungan komunitas yang masih tergolong minim.
  • Fitur dan fungsi-fungsi bawaan yang cenderung terbatas.

7. Preact

Preact adalah front end framework yang diluncurkan pada 2015 lalu oleh Jason Miller. Sesuai namanya, framework ini merupakan alternatif dari React karena ia punya fitur dan API yang hampir mirip dengan React.

front end framework terbaik 7

Meski begitu, ukuran Preact jauh lebih kecil dari React, yaitu hanya 3 KB saja. Dengan begitu, aplikasi yang dihasilkan juga lebih ringan dari segi ukuran dan memiliki kinerja gesit.

Sama seperti React, Preact juga sebenarnya merupakan library dan bukanlah framework murni. Pun demikian, front end framework yang satu ini sudah menggunakan Virtual DOM layaknya sebuah framework.

Fitur-Fitur Unggulan Preact:

  • Preact CLI – Tool berbasis Command Line bawaan Preact untuk mempercepat pengembangan aplikasi.
  • Link State Module – Bertanggung jawab mengoptimasi setiap perubahan pada komponen yang digunakan secara otomatis.
  • ES6 API – Memudahkan developer untuk beralih ke Preact pada aplikasi yang sudah terlanjur dibangun.

Kelebihan Preact:

  • Ukuran yang sangat kecil sehingga meringankan beban kerja aplikasi yang dibangun.
  • Kinerja yang gesit karena menggunakan Virtual DOM dengan cara kerja yang ringkas.
  • Kompatibel dengan hampir semua ekosistem yang ada pada React, seperti komponen dan plugin.

Kekurangan Preact:

  • Kurang populer dan komunitas yang tergolong kecil, jika dibandingkan dengan React.
  • Tidak mendukung propTypes, fitur kunci yang ada di React, sehingga hanya mendukung migrasi dengan ES6 API.

8. Foundation

Berbeda dengan beberapa framework di atas seperti Vue.js dan jQuery yang cocok untuk pemula, framework ini lebih ditujukan untuk developer tingkat mahir. Ia adalah Foundation, front end framework yang diluncurkan oleh Zurn pada 2011 lalu.

front end framework terbaik 8

Framework berbasis JavaScript, HTML, dan CSS sekaligus ini memang ditujukan khusus untuk membangun proyek berskala besar dalam ruang lingkup perusahaan. Foundation didukung berbagai fitur untuk pengembangan tingkat lanjut.

Bahkan, Foundation juga punya framework khusus untuk membangun SPA dengan Foundation for Apps. Ada juga framework yang ditujukan untuk membuat aplikasi email bernama Foundation for Email.

Fitur-Fitur Unggulan Foundation:

  • GPU Acceleration – Meningkatkan kinerja aplikasi saat melakukan rendering terhadap animasi, baik di perangkat mobile ataupun desktop. 
  • Autonomous Project – Memudahkan developer mengatasi kerumitan sehingga bisa belajar Foundation lebih cepat.

Kelebihan Foundation:

  • Mendukung integrasi dengan Library HTML5, misalnya Form Validation.
  • Rendering otomatis untuk tampilan yang menyesuaikan berbagai perangkat.
  • Kustomisasi tingkat lanjut untuk menghasilkan tampilan yang menarik.

Kekurangan Foundation:

  • Cukup sulit untuk dipelajari oleh developer pemula.
  • Dukungan komunitas yang masih minim karena tidak terlalu populer.

9. Backbone.js

Backbone.js adalah front end framework yang dikembangkan oleh Jeremy Ashkenas, penulis CoffeeScript pada 2010 lalu. Framework ini merupakan framework open source yang diterbitkan di bawah lisensi software MIT.

front end framework terbaik 9

Backbone.js tergolong framework berjenis MVC yang dibangun di atas bahasa JavaScript. Front end framework satu ini dianggap sebagai framework yang paling mudah digunakan karena aturan penulisan kode yang simpel.

Dengan aturan kode yang sederhana, kemampuannya tetap tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebab, Backbone.js bisa digunakan untuk membangun SPA dengan lancar.

Fitur-Fitur Unggulan Backbone.js:

  • Key-Value Binding & Custom Events – Mirip dengan Two-way Data Binding, menjadikan setiap perubahan pada Model berpengaruh terhadap View, begitu pula sebaliknya.
  • API Integration – Memungkinkan website dapat berkomunikasi dengan bahasa atau aplikasi lain lewat API yang sudah ada, misalnya RESTful JSON.

Kelebihan Backbone.js:

  • Kinerja yang tergolong cepat serta ukuran yang tetap ringan.
  • Sangat mudah dipelajari oleh pemula sekalipun.
  • Mudah untuk membangun sistem yang lebih kompleks berkat adanya API.

Kekurangan Backbone.js:

  • Hanya menyediakan tools untuk pengembang versi standar dengan kemampuan yang terbatas.
  • Harus menulis kode dalam bentuk Boilerplate (menulis di banyak tempat) agar Model dan View dapat berkomunikasi satu sama lain.

10. Ember.js

Ember.js merupakan front end framework yang dikembangkan sejak 2011 lalu oleh Yehuda Katz. Sama seperti beberapa framework sebelumnya, ia juga termasuk framework open source di bawah lisensi MIT.

front end framework terbaik 10

Nah, Ember.js adalah framework berjenis MVVM yang dibangun dengan bahasa JavaScript. Kebalikan dengan Backbone.js, framework satu ini dianggap sebagai salah satu framework tersulit untuk dipelajari.

Padahal, kemampuannya tidak perlu dipertanyakan lagi. Ember.js memang dirancang agar bisa memenuhi kebutuhan pengembangan website dan mobile app melalui beragam fitur unggulan.

Fitur-Fitur Unggulan Ember.js:

  • Two-way Data Binding – Memudahkan sinkronisasi antara Model dan View secara real time.
  • Fastboot.js Module – Mempercepat server side rendering (rendering melalui server) dan meningkatkan performa UI.
  • Large Ecosystem – Menyediakan berbagai template, tools, dan plugin untuk mengurangi jumlah baris kode, menambah fungsionalitas, dan meningkatkan kinerja.

Kelebihan Ember.js:

  • Server-side rendering yang membuat halaman website tampil lebih cepat.
  • Kinerja yang cepat dan responsif berkat beragam tools bawaan, seperti routing dan testing.
  • Dokumentasi yang tergolong lengkap.

Kekurangan Ember.js:

  • Dukungan komunitas yang masih minim.
  • Kreator yang jarang melakukan update.
  • Struktur kode yang kaku sehingga sulit dipelajari.
  • Terlalu banyak fitur sehingga tidak cocok untuk aplikasi sederhana.

Setiap framework memiliki karakteristik, kelebihan, dan kekurangannya masing-masing. Maka, silakan pilih framework yang paling sesuai dengan kebutuhan serta skill front end kalian sebagai developer, ya. Tujuannya agar proses pengembangan front end berjalan lancar dan menghasilkan interface website yang menarik. 

Nah, kita kenalan yuk sama Aplikasi Ujian Online milik Jetorbit, Ujione! Berbasis Cloud Pertama di Indonesia! Jadi, bisa melaksanakan ulangan harian, quiz, ujian akhir dan tugas bisa dari aplikasi Android, IOS dan juga Web. kalian tidak perlu menyiapkan perangkat server/hosting lagi, lho. Pokoknya mudah! 

Selain itu, kami juga menyediakan VPS, lho.

Bermanfaatkah Artikel Ini?

Klik bintang 5 untuk rating!

Rata rata rating 5 / 5. Jumlah rate 1

Yuk Rate 5 Artikel Ini!

We are sorry that this post was not useful for you!

Let us improve this post!

Tell us how we can improve this post?

Bagikan:

Leave a Comment