pengertian load balancing

Kalian pernah berpikir gak sih terkait website marketplace seperti Tokopedia, Blibli, Shopee, dan sebagainya yang melayani ratusan pelanggan setiap hari bahkan pengunjung melonjak drastis saat event khusus. Amazingnya, website marketplace tersebut jarang mengalami gangguan atau down. Kok bisa gitu, ya? Rahasianya adalah penggunaan load balancing. Tak usah lama-lama, simak yuk Pengertian Load Balancing, Kelebihan, dan Cara Kerjanya pada Server

Pengertian Load Balancing

Load balancing adalah proses pendistribusian traffic jaringan ke beberapa server. Hal ini untuk memastikan salah satu server tidak menanggung terlalu banyak beban permintaan. 

Server website yang kelebihan beban membuat proses muat halaman menjadi lambat atau tak terhubung sama sekali.

Berikut ini prinsip kerja load balancing:

  • Mendistribusikan permintaan klien atau beban jaringan secara efisien di beberapa server. Dengan pemerataan distribusi, website atau aplikasi menjadi lebih tanggap dan stabil ketika diakses oleh pengguna.
  • Memastikan ketersediaan dengan mengirimkan permintaan hanya ke server yang sedang online
  • Memberikan fleksibilitas untuk menambah atau mengurangi server sesuai permintaan

Cara Kerja Load Balancing

Apapun bentuknya, perangkat load balancing mendistribusikan traffic ke beberapa server untuk memastikan tak ada satu server pun yang menanggung beban berlebih. Secara efektif, load balancing meminimalkan waktu respon server. 

Fungsi load balancing sama seperti polisi lalu-lintas yang bertugas mencegah kemacetan dan insiden di jalanan yang tak diinginkan. Load balancer harus bisa memastikan arus lalu-lintas jaringan tetap lancar sekaligus memberi rasa aman dalam sistem kerja jaringan yang rumit.

Berikut ini cara kerja load balancing:

  • Pengguna meminta akses masuk server website / aplikasi
  • Load balancer menerima dan mendistribusikan traffic ke beberapa server
  • Jika satu server down, perangkat ini mengalihkan traffic ke server lain yang tersedia

Jenis Load Balancing

Berdasarkan konfigurasinya, terdapat tiga jenis load balancing: hardware, software, dan virtual load balancer.

Hardware Load Balancer

Sesuai dengan namanya, ini merupakan load balancer berbentuk perangkat keras. Alat ini dapat mendistribusikan traffic sesuai dengan pengaturan yang dilakukan.

Load balancer ini harus diletakkan di bersama dengan server di pusat data lokal sebab berbentuk fisik. Jumlah load balancer disesuaikan dengan traffic tertinggi yang diinginkan.

Biasanya, load balancer sanggup menangani traffic dalam jumlah besar. Meski begitu, load balancer fisik memiliki harga yang terbilang mahal dan alat ini tidak sefleksibel versi software-nya.

Software Load Balancer

Era load balancer fisik mulai tergantikan oleh versi software. Lewat instalasi di server aplikasi atau virtual machine, kalian sudah memiliki alat penyeimbang beban server.

Secara ekonomi, perangkat lunak load balancer lebih terjangkau dibandingkan load balancer fisik. Versi perangkat lunak ini juga lebih fleksibel. Saat server menerima permintaan akses yang lebih besar, kalian dapat mengubah load balancer ini sesuai kebutuhan.

Ada dua jenis load balancer perangkat lunak, komersial dan open source. Dua jenis ini dapat menjadi alternatif dibandingkan load balancer fisik.

Hardware Load Balancing vs Software Load Balancing

Secara bentuk, hardware load balancing dan software load balancing jelas berbeda. Hardware load balancing butuh ruang untuk menyusun dan menempatkan peralatan. Sedangkan software load balancing cukup diinstal pada server atau virtual machine.

Selain dari poin bentuknya, berikut perbandingan antara hardware dan software load balancing:

Hardware Load Balancing

Kelebihan            Kekurangan
Bekerja lebih cepat karena program berjalan menggunakan prosesor khusus Membutuhkan perawatan yang secara fisik
Lebih aman karena hanya perusahaan yang dapat mengaksesTidak dapat diubah secara fleksibel
Harga yang lebih mahal dari software

Software Load Balancing

KelebihanKekurangan
Dapat diatur ukurannya sesuai kebutuhanKemungkinan terjadi delay saat konfigurasi program load balancing
Biaya lebih hemat karena tidak harus membeli alat fisiknya 
Dapat diaplikasikan ke cloud computing           

5 Metode Load Balancing

Secara teknis, load balancing punya beberapa metode yang menggunakan berbagai algoritma berbeda. 

1. Round Robin

Round Robin adalah metode yang paling banyak digunakan dalam algoritma load balancing. Metode ini cocok untuk server dengan spesifikasi yang sama dan tak banyak koneksi yang terus menerus.

Metode ini merotasi server dengan mengarahkan traffic ke server pertama yang tersedia. Traffic berikutnya akan diarahkan ke server kedua dan berlaku seterusnya, tergantung jumlah server yang tersedia.

Misalnya nih, perusahaan memiliki dua server maka permintaan klien pertama akan didistribusikan ke server pertama. Permintaan klien kedua akan didistribusikan ke server kedua. Sedangkan permintaan klien berikutnya akan kembali ke server pertama, dan seterusnya.

Sayangnya algoritma Round Robin tidak mempertimbangkan beban dan karakteristik masing-masing server. Metode ini mengasumsikan bahwa tiap server memiliki kemampuan, jenis, dan karakteristik yang sama. 

2. Least Connection

Algoritma Least Connection adalah metode yang mengevaluasi kekurangan Round Robin dalam membaca beban tiap server. Metode Least Connection menjaga distribusi traffic yang merata di semua server yang tersedia. Jika sebuah server memiliki beban koneksi yang besar, permintaan data akan didistribusikan ke server yang lebih luang.

Saat terjadi permintaan, Least Connection berusaha mendistribusikannya ke server dengan jumlah koneksi paling kecil. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan overload pada server karena besarnya traffic yang diterima.

3. Least Response Time

Versi lebih canggih dari metode Least Connection adalah Least Response Time. Metode ini menggunakan dua cara dalam distribusi permintaan data klien. Saat terjadi permintaan data, load balancer mengarahkan traffic ke server dengan koneksi aktif terkecil dan waktu respon paling cepat.

Mengetahui kecepatan respon server membantu pengguna mengetahui beban sebuah server. Selain itu, proses ini dapat menjadi gambaran user experience saat mengakses website.

4. Least Bandwidth

Metode Least Bandwidth, salah satu metode load balancing yang cukup sederhana. Metode ini mencari server yang melayani jumlah traffic paling sedikit dalam ukuran megabit per detik (Mbps).

Saat terjadi permintaan akses data, load balancer akan mendistribusikannya ke server yang memiliki traffic Mbps paling kecil.

5. IP Hash

Metode terakhir di teknik load balancing adalah IP Hash. Dalam metode ini, permintaan akses data ke sebuah server ditentukan lewat berbagai data yang berhubungan dengan IP (incoming packet). Di antaranya alamat IP destinasi, port number, URL, hingga nama domain.

Sederhananya, alamat IP klien menentukan server mana yang akan mendapatkan permintaan data.

Kelebihan Load Balancing

Load balancing memiliki banyak kelebihan bagi penggunanya.

1. Kemudahan Upgrade dan Downgrade

Kalian mesti mengunggah konten yang menarik minat pembaca ya jika punya website. Pembaca semakin banyak maka artinya traffic juga semakin banyak pula. Lonjakan traffic berpotensi membuat situs menjadi lambat bahkan gagal dimuat.

Dengan load balancing, traffic dapat tersebar di beberapa server dan lebih mudah ditangani. 

2. Mempermudah Proses DIstribusi Traffic

Bagi kalian yang menggunakan load balancing untuk memelihara website di beberapa server, kegagalan operasional situs dapat dibatasi secara signifikan. Load balancing mengeliminasi proses yang tidak perlu atau disebut redundansi.

Ketika traffic website dikirim ke dua atau lebih server dan salah satu gagal, load balancer secara otomatis akan mengalihkan ke server lain yang tersedia. Dengan beban server yang seimbang, kalian tentu dapat merasa aman karena server akan selalu online untuk menangani traffic website.

3. Mengurangi Downtime dan Meningkatkan Performa

Load balancing memungkinkan kalian melakukan pemeliharaan server di mana pun atau perusahaan kalian berada. Artinya, kalian bisa mengurangi sekaligus menaikkan performa website.

4. Manajemen Kegagalan yang Efisien

Load balancing membantu pengguna mendeteksi kegagalan dan menanganinya dengan efisien, memastikan kegagalan apapun tidak mempengaruhi beban server. Dengan menggunakan beberapa pusat data yang tersebar, kalian dapat memotong jalur kegagalan yang terdeteksi dan mengembalikan sumber daya ke server lain yang tak terpengaruh.

5. Meningkatkan Fleksibilitas

Dengan beban server yang seimbang, administrator website memiliki fleksibilitas dalam menangani traffic website. Mereka dapat melakukan tugas pemeliharaan server secara bertahap tanpa mematikan aktivitas website atau menunggu waktu senggang website.

Load balancing memungkinkan menyimpan beban ke satu server, sementara server lain menjalani pemeliharaan.

Kekurangan Load Balancing

Oia, load balancing juga memiliki beberapa kekurangan. 

1. Membutuhkan Konfigurasi Tambahan

Kalian harus melakukan konfigurasi tambahan untuk mempertahankan koneksi terus menerus antara klien dan server. Selain itu, harus melakukan konfigurasi ulang load balancer setiap kali terjadi perubahan susunan di cluster hilir. 

2. Biaya yang Cukup Besar

Hal ini berlaku terutama bagi load balancer yang berupa hardware. Biasanya perangkat keras load balancing menghabiskan biaya yang cukup besar dibanding software-nya.

Gimana, udah paham kan tentang load balancing pada server? Memiliki website bisnis mengharuskan website kalian selalu siap diakses kapan saja. Jadi, untuk menghindari overload, pastikan kalian menggunakan load balancing, ya.

Bermanfaatkah Artikel Ini?

Klik bintang 5 untuk rating!

Rata rata rating 0 / 5. Jumlah rate 0

Yuk Rate 5 Artikel Ini!

We are sorry that this post was not useful for you!

Let us improve this post!

Tell us how we can improve this post?

Bagikan:

Leave a Comment