Sebelum kalian memilih antara Docker dan Proxmox, sangat penting untuk mengetahui apa saja perbedaan keduanya. Okay deh, langsung dibahas saja yuk sampai kelar mengenai Poin-poin Perbedaan Docker vs Proxmox.!
Apa Itu Docker?
Docker merupakan sebuah platform open-source yang menggunakan virtualisasi tingkat OS untuk membawakan software dalam bentuk package. Package tersebut bernama container.
Artinya, pengguna bisa membuat package dari software-nya menjadi container. Cara ini menjadi solusi portable dan ringan untuk menjalankan aplikasi dalam lingkup terisolasi.
Berkat portabilitasnya, Docker memudahkan pemindahan secara mulus antar environment. Tidak peduli itu mesin pengembangan lokal, infrastruktur cloud, atau server produksi.
Kelebihan inilah yang menjadikan Docker sebagai solusi praktis yang mana pengembang bisa lebih berfokus pada penulisan kode. Intinya, mereka tidak perlu mengkhawatirkan soal infrastruktur.
Apa Itu Proxmox?
Proxmox Virtual Environment juga merupakan platform manajemen server open-source dengan distribusi Linux OS berbasis Debian. Platform ini juga merupakan type-1 hypervisor yang bisa menjalankan berbagai mesin virtual besar.
Sebagai platform virtualisasi open-source, Proxmox mendukung dua teknologi. Keduanya adalah Linux Container (LXC) dan Kernel-based Virtual Machine (KVM).
Keunggulan platform ini memudahkan menyediakan backup server yang lebih baik dengan menggunakan interface sama. UI yang relatif ramah pengguna dan fleksibilitas tinggi ikut menonjolkan daya tarik untuk para pengguna.
Perbedaan Docker vs Proxmox
Ada empat hal utama yang dapat dibandingkan sekaligus menjadi pertimbangan kalian.
1. Fokus Utama
Perbedaan pertama adalah pada fokus utama kedua platform. Tak terbantahkan lagi bahwa keduanya memiliki fungsi yang kurang lebih sama, yakni sebagai platform virtualisasi.
Docker lebih menekankan containerization sebagai fokus utamanya. Fokus inilah yang menjadikannya cocok dalam menawarkan cara ringan untuk menjalankan aplikasi dalam lingkup terisolasi lebih mulus.
Sedangkan Proxmox memiliki fokus manajemen infrastruktur lebih luas. Lebih tepatnya, platform ini menyediakan manajemen virtualisasi lebih kompleks sehingga mampu manage container LXC dan mesin virtual.
2. Penggunaan Resource
Perbedaan kedua, penggunaan resource ikut menjadi faktor pembeda antara Docker vs Proxmox. Seperti yang disampaikan sebelumnya, Docker lebih berfokus dalam menjalankan aplikasi secara instan dengan cara containerization.
Oleh karena itu, keunggulan ini menjadikannya lebih efisien dalam hal penggunaan resource. Artinya, container Docker dapat berjalan menggunakan system resource secara minimal.
Sedangkan Proxmox juga mendukung containerization. Namun, tidak seperti Docker, platform ini juga mendukung virtualisasi penuh. Fungsi ini terlihat memiliki penggunaan resource yang lebih berat, setidaknya ini menjadikannya sangat fleksibel.
3. Kemudahan Penggunaan
Docker sangat terkenal dengan portabilitas dan efisiensi, menjadikannya mudah untuk terinstal dalam lingkup berbeda. Tetapi, platform ini juga merupakan command-line utility secara default.
Faktanya, hal ini mungkin akan menyulitkan pengguna yang masih awam dengan Docker karena learning curve lebih curam. Sebab, sebagian besar penggunaan harus menggunakan command-line.
Lain halnya dengan Proxmox, platform ini memiliki interface berbasis web, membuatnya mudah bagi pengguna untuk menjalankan seluruh tugas dalam manajemen sistem.
Faktanya, Proxmox berdasarkan framework ExtJS JavaScript yang menyediakan overview secara ekstensif tentang task history dan system log setiap node-nya.
4. Skalabilitas dan Ketersediaan
Terakhir, dalam skalabilitas, Docker memiliki fitur bernama Swarm. Artinya, platform ini bisa terpakai untuk membuat dan menjalankan cluster node Docker. Setiap node tersebut berisi sebuah Docker daemon dan dapat berinteraksi dengan API yang sama.
Proxmox berfokus pada ketersediaan tinggi. Artinya, platform ini bisa membuat berbagai virtual server dengan ketersediaan tinggi di beragam platform. Ketersediaan tinggi ini didukung oleh migrasi dan penggunaan kluster secara langsung.
Jadi, Saya Harus Memilih yang Mana, Docker atau Proxmox?
Pilih Docker atau Proxmox, ya? Jawabannya bergantung dari kebutuhan kalian. Apakah ingin berfokus pada kecepatan, kemudahan penggunaan, atau manajemen komprehensif?
Jika ingin fokus pada pengembangan dan penyebaran aplikasi secara efisien, Docker akan lebih cocok. Tentunya, Docker sudah menjadi standar bagi proses pengembangan bagi pengembang, administrator, dan ahli IT.
Apalagi, platform ini juga cocok untuk membangun dan manage aplikasi lebih kompleks dengan kebutuhan komponen tertentu. Bahkan, platform ini menyederhanakan setiap proses mulai dari pengembangan sampai manajemen.
Jika ingin kemudahan penggunaan dan manajemen virtualisasi lebih komprehensif, Proxmox lebih cocok untuk kalian. Tentunya, Proxmox lebih menarik bagi pembuat platform untuk manage container dan mesin virtual dalam satu kesatuan.
Miliki website dan langsung online sekarang juga!
Dengan pengalaman lebih dari 10 tahun, Jetorbit siap membantu onlinekan website idaman kalian dan menjadikan usaha kalian dikenal oleh seluruh dunia. Jetorbit tidak hanya membangun website atau aplikasi namun juga mengembangkan bagian bisnis kalian.
Salah satu alasan kalian harus membuat website di Jetweb adalah kami memberikan solusi pada apa yang kalian inginkan melalui website dan aplikasi dengan desain, ide, serta kemungkinan yang tak terbatas lainnya.
Semoga bermanfaat 🙂
Leave a Comment