Pengertian Intrapreneur, Manfaat, dan Perbedaan dengan Entrepreneur
Dalam perkembangannya, muncul istilah baru dalam dunia usaha, yaitu intrapreneur. Apa itu intrapreneur? Apa saja perbedaannya dengan entrepreneur? Intrapreneur juga dapat dipahami sebagai orang yang memiliki jiwa pengusaha tetapi tidak memiliki atau memimpin usaha sendiri. Tak usah lama-lama, langsung simak yuk Pengertian Intrapreneur, Manfaat, dan Perbedaan dengan Entrepreneur
Apa Itu Intrapreneurship?
Intrapreneurship adalah sistem dan proses yang memungkinkan karyawannya mengembangkan skill dan mindset kewirausahaan dalam dirinya serta bertindak seperti seorang wirausaha saat bekerja di dalam perusahaan.
Intrapreneurship sangat dekat dengan kewirausahaan yang mana orang dapat belajar dan mengasah ketrampilannya dengan bekerja di dalam perusahaan lalu mereka dapat memulai usaha sendiri nantinya.
Intrapreneur biasanya adalah individu yang proaktif dan memiliki motivasi diri yang memiliki keterampilan dan pola pikir untuk menjadi pemimpin.
Jadi, intrapreneurship merupakan proses menciptakan seorang wirausahawan (entreprenur) di dalam perusahaan, tanpa perlu si wirausahawan baru itu membuat perusahaan sendiri. Keuntungan bagi perusahaan adalah mendapatkan ide dan inovasi baru dari si karyawan dengan idenya tersebut.
Mengapa Perusahaan Membutuhkan Intrapreneurship?
Perusahaan akan mendapatkan manfaat yang signifikan apabila menjalankan intrapreneurship. Berikut ini manfaat-manfaatnya:
-
Mudah mengeluarkan inovasi terbaru
Perusahaan yang baik adalah yang mampu melahirkan inovasi baru untuk berkembang karena dunia juga ikut berubah. Selera orang pun bisa berbeda, kan. Persaingan dengan kompetitor juga akan selalu ada.
Oleh karena itu, perusahaan butuh intrapreneurship untuk menunjang kegiatan bisnis yang lebih dinamis. Dengan begitu, ide-ide dari karyawan juga dapat tersalurkan secara tepat demi kemajuan perusahaan. Ide juga jadi mudah dipilih karena tersedia cukup banyak.
-
Berpotensi meraih laba
Bisnis berdiri untuk meraih laba setinggi-tingginya. Dengan intrapreneurship, peluang meraih laba itu akan selalu ada karena perusahaan terus berinovasi mengikuti perkembangan zaman.
-
Memaksimalkan potensi sumber daya manusia
Intrapreneurship memacu setiap sumber daya manusia dalam sebuah perusahaan mengeluarkan potensi yang dimilikinya. Diberi kepercayaan seperti itu tentunya karyawan juga akan bekerja secara maksimal.
-
Sebagai cara untuk menghadapi ketidakstabilan ekonomi
Intrapreneurship adalah salah satu cara yang bisa diandalkan untuk menghadapi ketidakstabilan ekonomi. Hal itu karena intrapreneurship memacu tersedianya inovasi dalam waktu yang cepat.
Karakteristik Intrapreneurship
Untuk lebih mengenal intrapreneurship, inilah karakteristiknya yang perlu Anda ketahui.
-
Siapa pun bisa terlibat
Sistem intrapreneurship memungkinkan untuk setiap orang yang ditunjuk di dalam perusahaan terlibat dalam proses bisnis. Tidak hanya eksekusi tapi dimulai dari pencarian ide terbaru.
-
Menjadi wadah untuk karyawan menyalurkan ide-idenya
Karyawan diberikan kesempatan berkembang demi memajukan perusahaan. Karyawan pasti akan merasa dihargai karena dipercaya untuk mengemban tugas ini.
-
Semua pihak yang ada di perusahaan akan terkena dampak positifnya
Keberhasilan proyek intrapreneurship tak hanya akan membawa dampak positif bagi intrapreneur yang menjalankannya tapi juga semua sumber daya manusia yang ada di perusahaan itu.
-
Modal disediakan perusahaan
Intrapreneur tak perlu khawatir soal budget yang digunakan dalam proyeknya karena perusahaan pasti bersedia mengeluarkan. Apalagi jika perusahaan menilai bahwa proyek yang dibuat itu berpotensial meraih kesuksesan, perusahaan pasti mendukung seratus persen.
-
Apresiasi terhadap karyawan
Ketika perusahaan berhasil dengan proyek intrapreneurship-nya, perusahaan wajib memberikan apresiasi kepada karyawan. Biasanya berupa bonus atau kenaikan pangkat.
Perbedaan Entrepreneur dan Intrapreneur
Pada prinsipnya, entrepreneur dengan intrapreneur memiliki kualitas yang sama dalam hal kepemimpinan, inovasi, keyakinan, kreativitas, semangat, dan wawasan. Lantas, apa perbedaan antara keduanya? Perbedaan antara entrepreneur dengan intrapreneur dapat ditunjukkan dalam beberapa aspek berikut ini:
Aspek status
Dari aspek status, entrepreneur adalah orang yang memulai bisnisnya sendiri dengan ide atau konsep baru. Entrepreneur bukan hanya sekadar orang yang memiliki jiwa pengusaha tetapi juga merealisasikan ide-idenya dengan membangun usahanya sendiri.
Sementara itu, intrapreneur merupakan orang yang hanya memiliki jiwa pengusaha saja tetapi tidak merealisasikan ide-idenya dengan membangun usaha sendiri. Seorang intrapreneur adalah karyawan pada suatu perusahaan yang mempromosikan inovasi dan memperoleh renumerasi sesuai dengan kesuksesan unit bisnis yang menjadi tanggung jawabnya.
Sederhananya, entrepreneur berstatus sebagai pemilik bisnis atau usaha sedangkan intrapreneur statusnya adalah sebagai karyawan suatu perusahaan.
Aspek wilayah kerja
Baik entrepreneur maupun intrapreneur sama-sama bekerja tapi pada wilayah yang berbeda. Seorang entrepreneur memiliki lebih banyak kebebasan dalam membangun bisnisnya berdasarkan ide-ide dan inovasi yang muncul dalam benaknya.
Wilayah kerja seorang entrepreneur adalah di luar lingkup perusahaan. Artinya, entrepreneur tidak terikat dan bernaung pada perusahaan lain tetapi pada perusahaannya sendiri.
Berbeda ya dengan intrapreneur yang bekerja di dalam lingkup perusahaan yang terikat dengan aturan perusahaan yang menaunginya. Seorang intrapreneur bekerja dengan keterampilan kewirausahaannya guna mendorong inovasi di perusahaan tempatnya bekerja.
Aspek tujuan
Entrepreneur dan intrapreneur berbeda dari aspek tujuan. Seorang entrepreneur bekerja dengan tujuan untuk berinovasi dan menciptakan sesuatu yang baru dari nilai sosio-ekonomi.
Lain halnya dengan intrapreneur yang bekerja dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan kompetitif dan pengakuan pasar terhadap perusahaan tempatnya bernaung. Singkatnya, tujuan dari entrepreneur muncul dari keinginan dalam diri untuk mewujudkan usaha yang inovatif dan kompetitif sedangkan intrapreneur hanya berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Aspek risiko
Berbicara tentang risiko, manakah yang lebih berisiko, entrepreneur atau intrapreneur? Sebagai pemilik usaha, entrepreneur jelas memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan intrapreneur.
Dalam setiap langkah dan keputusan yang diambil berkenaan dengan upaya merealisasikan ide ke dalam bentuk suatu produk yang inovatif, entrepreneur memikul tanggung jawab dan menanggung risiko penuh atas setiap kegagalan atau kesuksesan yang dihasilkan.
Intrapreneur bekerja menggunakan kreativitas dan keterampilan kewirausahaannya untuk menghasilkan suatu inovasi yang bermanfaat bagi perusahaan tanpa menanggung risiko atas aktivitas yang dilakukan. Risiko atas aktivitas kerja yang dilakukan ditanggung oleh perusahaan. Jadi, dari aspek risiko, entrepreneur menanggung risiko yang lebih besar dibandingkan dengan intrapreneur.
Aspek pengambilan keputusan
Sebagai pemilik usaha, entrepreneur memiliki kebebasan yang lebih besar dalam mengambil keputusan dibandingkan dengan intrapreneur. Segala keputusan terkait dengan jalannya usaha berada di tangan entrepreneur sendiri karena memiliki independensi untuk mengeksekusi mimpi-mimpinya menjadi kenyataan.
Berbeda dengan intrapreneur yang tidak bisa mengambil keputusan sendiri atas setiap aktivitas kerja yang dilakukannya meski ia memiliki kebebasan untuk menuangkan ide dan kreativitasnya. Keputusan diambil oleh pemimpin perusahaan atau upaya kolaborasi tim kerja.
Aspek orientasi layanan
Aspek orientasi layanan ini terkait dengan untuk siapa entrepreneur dan intrapreneur bekerja? Sebagai pemilik dari bisnis yang dijalankan, entrepreneur bekerja untuk diri sendiri dan berupaya memberikan yang terbaik kepada para pelanggannya. Lain halnya dengan intrapreneur.
Selain bekerja dan melayani dirinya sendiri, seorang intrapreneur juga bekerja untuk perusahaan yang menjadi tempatnya bernaung. Jadi, entrepreneur menjalin hubungan dengan pelanggan sedangkan intrapreneur menjalin hubungan dengan perusahaan.
Aspek fokus perhatian
Entrepreneur dan intrapreneur sama-sama memiliki kualitas jiwa kewirausahaan yang handal. Namun, keduanya memiliki fokus perhatian yang berbeda. Entrepreneur lebih berfokus pada peningkatan penjualan dan keuntungan serta berupaya untuk lebih kompetitif sehingga dapat bertahan dalam persaingan usaha yang semakin ketat. Sementara fokus perhatian dari intrapreneur lebih diarahkan pada pengembangan teknologi dan perubahan pasar.
Aspek keuntungan
Menjadi seorang entrepreneur atau intrapreneur memiliki keuntungan yang berbeda. Entrepreneur sebagai pemimpin sekaligus pemilik bisnis keuntungannya lebih pada kebebasan untuk memutuskan segala sesuatu terkait dengan bisnisnya, mulai dari budaya kerja, penentuan jadwal dan jam kerja, kebijakan, pengelolaan modal, dan lain-lain.
Lain halnya dengan intrapreneur yang keuntungannya lebih pada penyediaan sumber daya yang mendukung aktivitas kerjanya. Intrapreneur dapat memanfaatkan seluruh sumber daya yang disediakan perusahaan sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, intrapreneur juga memanfaatkan pendanaan dari perusahaan.
Aspek kesalahan atau kegagalan
Meski memiliki kreativitas tinggi dan kualitas jiwa kewirausahaan yang mumpuni tapi entrepreneur dan intrapreneur juga berpotensi melakukan kesalahan dan mengalami kegagalan.
Hanya saja dampak dari kesalahan dan kegagalan yang dialami keduanya berbeda. Ketika seorang entrepreneur menyadari bahwa langkah yang dilakukannya salah sehingga tidak menguntungkan bisnisnya maka ia akan segera memperbaiki kesalahan tersebut dengan mengambil upaya inovasi baru.
Berbeda dengan intrapreneur, yang mana ketika ia melakukan kesalahan maka akan menyimpannya lebih dulu dan menjadikannya rahasia karena dikhawatirkan akan berdampak pada kegagalan.
Berdasarkan perbedaan antara entrepreneur dengan intrapreneur di atas dapat diringkas dalam sebuah tabel seperti berikut.
Aspek | Entrepreneur | Intrapreneur |
Status | Pemilik usaha/bisnis | Karyawan perusahaan |
Wilayah kerja | Di luar perusahaan | Di dalam perusahaan |
Tujuan | Berinovasi dan menciptakan produk baru | Meningkatkan kekuatan kompetitif dan pengakuan pasar |
Risiko | Ditanggung sendiri | Ditanggung perusahaan |
Pengambilan keputusan | Bebas | Terbatas |
Orientasi layanan | Pelanggan | Perusahaan |
Fokus perhatian | Meningkatkan penjualan, keuntungan, dan kompetisi | Mengembangkan teknologi dan perubahan pasar |
Keuntungan | Bebas mengelola bisnis/usaha | Bebas memanfaatkan sumber daya perusahaan |
Kesalahan dan kegagalan | Langsung memperbaiki kesalahan | Tidak langsung memperbaiki kesalahan |
Manfaat Intrapreneurship
Intrapreneurship memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan dan karyawannya, seperti:
-
Membantu Menghadapi Tantangan Perusahaan
Salah satu manfaat intrapreneurship adalah membantu perusahaan untuk menghadapi tantangan yang tidak diperhitungkan sebelumnya.
Contohnya, adanya pandemi Covid-19 yang akhirnya merubah perilaku konsumen dan berdampak bagi penjualan produk.
Dengan anjuran agar tetap di rumah, konsumen mau tak mau membeli kebutuhan secara online. Alhasil, banyak bisnis yang dijalankan secara offline harus kehilangan pelanggan bahkan gulung tikar.
Padahal, dengan intrapreneurship, perusahaan bisa lebih cepat mendapatkan ide menghadapi tantangan bisnis tersebut. Misalnya, dengan merubah layanan perusahaan, menciptakan produk baru, atau beralih ke bisnis lain yang sedang dibutuhkan konsumen.
-
Mendukung Karyawan Memiliki Skill Kewirausahaan
Intrapreneurship dapat mengasah skill wirausaha karyawan dengan mendukung perkembangan perusahaan. Nantinya, karyawan akan semakin mahir di berbagai skill entrepreneurship berkat lingkungan yang mendukung.
Dengan begitu, baik perusahaan dan karyawan akan mendapatkan manfaat intrapreneurship. Why?
Ketika nantinya karyawan ingin terjun ke dunia bisnis sendiri, mereka sudah siap baik secara mindset maupun kemampuan. Artinya, karyawan tersebut tidak perlu lagi belajar dari nol untuk meningkatkan skill berbisnis.
-
Meningkatkan Kebahagiaan Karyawan
Dengan memberikan wadah bagi karyawan untuk memberikan ide ke perusahaan, engagement karyawan bisa ditingkatkan. Bahkan, bisa cukup efektif untuk membantu meningkatkan produktivitas karyawan.
Poin paling menarik adalah langkah tersebut bisa mendorong pada kebahagiaan karyawan yang akan berdampak positif terhadap perusahaan.
Menurut penelitian Saïd Business School, karyawan yang bahagia akan menunjukkan produktivitas yang meningkat hingga 13%. Dengan demikian, semakin banyak karyawan yang bahagia karena mendapatkan wadah untuk berkreasi layaknya entrepreneur akan meningkatkan performa bisnis perusahaan.
Contoh Sukses Intrapreneurship
Tidak semua perusahaan bersedia untuk mengembangkan intrapreneurship di proses bisnisnya. Namun, ada banyak perusahaan yang mengandalkan intrapreneurship secara total dan berhasil membuktikan keberhasilannya.
Perusahaan yang sukses mengembangkan intrapreneurship adalah Google. Kalian bisa melihatnya dari jenis produk Google yang sekarang ada berbagai macam, mulai dari Google Document, Gmail, Google Classroom, Google Meet, dan masih banyak lagi.
Inovasi Google memang luar biasa. Hal itu karena Google sangat mendorong inovasi dari masing-masing karyawannya. Jadi, selain pekerjaan inti, para karyawan diberikan waktu khusus untuk menciptakan produk baru perusahaan sesuai dengan ide mereka sendiri.
Para karyawan itu merencanakannya dengan rapi, setelah itu baru diajukan pada Manajer Proyek. Kalau disetujui, karyawan itu diperbolehkan memilih timnya sendiri yang merupakan karyawan Google juga. Mereka mengerjakannya secara berkelompok. Setelah produk jadi maka akan diluncurkan kepada para pengguna di seluruh dunia.
Lingkungan perusahaan seperti itulah yang dibutuhkan oleh karyawan. Cara yang Google lakukan ini bisa banget lho kalian tiru juga di dalam bisnis kalian.
Contoh intrapreneur lainnya adalah Ken Kutaragi, seorang engineer Sony yang mencetuskan PlayStation. Terinspirasi oleh Nintendo, salah satu produsen konsol game ternama, Ken ingin membuat konsol untuk Sony.
Menariknya, niat Ken untuk membuat konsol game tidak surut meski ditolak beberapa petinggi Sony. Ia sampai diam-diam bekerja dengan Nintendo dalam pengembangan konsol NES-nya.
Nyaris dipecat lantaran bekerja dengan kompetitor perusahaan, Ken justru mendapat dukungan dari CEO Sony. Sang CEO bahkan setuju untuk mendanai rencana Ken untuk mengembangkan konsol game bagi Sony.
Kegigihan Ken membuahkan hasil. Sebab, kini PlayStation merupakan konsol game paling terkenal dengan pangsa pasar 65%.
Okya, jadi bisa dibilang jika memiliki intrapreneur, perusahaan akan lebih mudah berkembang berkat adanya inovasi produk dan bisnis yang memperkuat daya saing perusahaan. Selain dengan inovasi produk, daya saing perusahaan bisa ditingkatkan dengan menjual produk secara online. Sebab, mampu menjangkau pasar yang lebih luas dengan cepat.
Nah, untuk menjalankan bisnis secara online, sebuah website dengan dukungan hosting yang handal harus dimiliki. Jetorbit menyediakan layanan hosting yang mendukung website kalian bisa diakses kapan saja dengan uptime 99,9%. Selain itu, dilengkapi fitur Imunify360 sehingga website kalian akan lebih terlindungi dari serangan keamanan.
Tenang, Jetorbit juga menyediakan produk VPS, lho.

