Ada yang masih asing dengan istilah D2C? Jadi, D2C itu sebuah pendekatan yang menghubungkan produsen produk langsung dengan end user. Tak usah galau kalau masih asing dengan D2C. Kalian hanya perlu simak artikel ini sampai kelar. Check it out!
Pengertian D2C
Model e-commerce Direct-to-Consumer atau D2C adalah sebuah pendekatan yang menghubungkan produsen produk langsung dengan end user.
Dalam model ini, produk dijual dan dikirimkan kepada konsumen tanpa melibatkan perantara apapun, seperti toko fisik atau perantara lainnya.
Beberapa bisnis yang menerapkan model D2C adalah memanfaatkan beragam saluran penjualan merek, termasuk website, toko online, akun sosial media, dan toko ritel pihak ketiga.
Mereka juga bisa mengandalkan third-party logistics (3PL) software, yang membantu mengelola pengiriman produk kepada pelanggan.
Keuntungan Strategi D2C
Berikut ini keuntungan dari menerapkan strategi D2C:
Mendapatkan lebih banyak keuntungan
Kelebihan menggunakan strategi D2C adalah lebih mendapatkan keuntungan. Dalam model bisnis D2C (Direct to Consumer), kalian memiliki kendali penuh atas harga produk kalian di pasaran.
Melalui model bisnis D2C, kalian bisa menjual produk dengan harga yang lebih terjangkau dan tetap mempertahankan seluruh keuntungan bersih tanpa harus mengorbankan margin keuntungan atau menaikkan harga produk secara signifikan.
Mengidentifikasi data konsumen
Kelebihan selanjutnya adalah mengidentifikasi data konsumen. Pada bisnis yang menggunakan perantara atau reseller, akan kesulitan untuk mendapatkan data konsumen secara langsung.
Nah, model bisnis D2C (Direct to Consumer) ini memungkinkan kalian berhubungan langsung dengan konsumen sehingga dapat dengan mudah mengumpulkan data mereka.
Ada dua jenis data utama yang dapat diidentifikasi dalam model bisnis D2C:
- Karakteristik Konsumen: Data ini mencakup data demografis seperti usia, gender, lokasi tempat tinggal, dan data psikografis seperti preferensi dan gaya hidup.
- Perilaku Konsumen: Data ini menjelaskan kebiasaan konsumen yang dapat mengarah pada pembelian.
Kalian dapat menggunakan alat seperti Google Analytics atau heatmap untuk mengidentifikasi karakteristik dan perilaku konsumen, memahami mereka lebih baik, dan meningkatkan pengalaman konsumen.
Bebas menentukan cara penawaran produk
Kelebihan lainnya adalah bebas menentukan cara menawarkan produk. Berbeda dengan platform perantara, di platform kalian sendiri, kalian dapat menjadi sangat kreatif dalam poin cara menampilkan dan menjual produk.
Selain itu, dapat juga menyesuaikan penawaran produk berdasarkan preferensi dan kebutuhan individu konsumen, menciptakan pengalaman yang lebih personal dan relevan.
Dengan menawarkan produk yang menarik, kalian dapat membangun hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan dan meningkatkan loyalitas mereka terhadap merek kalian.
Lebih Dekat dengan Konsumen
Dalam D2C, kalian bisa dekat dan personal dengan konsumen melalui website dan media sosial. Hal ini memungkinkan untuk dapat melakukan interaksi langsung, mendengarkan masukan, dan merespons pelanggan dengan cepat.
Kalian juga dapat membangun hubungan jangka panjang, berbeda dari transaksi sekali jual dengan distributor. Kalian juga bebas menentukan gaya promosi sesuai nilai-nilai kalian atau menarik konsumen dengan cara yang paling cocok.
Peningkatan Ketangkasan Bisnis
Model bisnis D2C memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada perusahaan dalam mengelola produksi, distribusi, dan pemasaran produk. Mereka dapat menyesuaikan strategi mereka lebih cepat dengan perubahan pasar atau tren yang terjadi sehingga meningkatkan kemampuan adaptasi bisnis.
Biaya Operasional yang Lebih Hemat
D2C memungkinkan perusahaan untuk menghindari lapisan perantara, seperti pengecer atau distributor. Artinya, memungkinkan untuk memiliki biaya operasional yang lebih efisien karena tidak ada margin yang harus dibagi.
Selain itu, perusahaan juga dapat mengelola stok dengan lebih baik sehingga mengurangi risiko penumpukan persediaan yang mahal.
Proses Segmentasi Audiens yang Lebih Baik
Melalui model D2C, perusahaan dapat mengumpulkan data langsung dari pelanggan mereka. Hal ini memungkinkan mereka untuk melakukan segmentasi audiens yang lebih baik dan menargetkan iklan serta pesan yang lebih relevan kepada pelanggan.
Lebih Banyak Ruang untuk Pengujian Produk
Perusahaan D2C memiliki lebih banyak kontrol atas produk mereka. Mereka dapat dengan mudah menguji produk baru atau variasi produk yang berbeda dan mendapatkan umpan balik langsung dari pelanggan. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk merancang produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Lebih Banyak Kesempatan untuk Berinovasi
D2C memberi perusahaan ruang untuk lebih berinovasi dalam hal desain produk, strategi harga, dan cara pemasaran. Mereka dapat merespons tren pasar dengan lebih cepat dan menciptakan produk yang lebih unik.
Peningkatan Kontrol
Penerapan D2C memungkinkan perusahaan memiliki kendali yang lebih besar atas pesan merek yang disampaikan kepada pelanggan. Mereka dapat membangun hubungan yang lebih dekat dengan pelanggan melalui saluran langsung dan menjadikan interaksi dengan pelanggan lebih pribadi serta terukur.
Perbedaan D2C dan B2C
Berikut ini adalah perbedaan utama antara keduanya:
Tujuan Utama
D2C (Direct-to-Consumer): Model bisnis ini bertujuan untuk menjual produk atau layanan secara langsung kepada end user tanpa melalui perantara, seperti toko fisik atau perantara lainnya.
B2C (Business-to-Consumer): Model bisnis ini melibatkan perusahaan atau bisnis perantara yang menjual produk atau layanan kepada end user melalui berbagai saluran, termasuk toko fisik, toko online, atau melalui perantara seperti e-commerce platform.
Hubungan dengan Pelanggan
D2C: Perusahaan D2C memiliki hubungan langsung dengan pelanggan mereka. Mereka dapat mengumpulkan data pelanggan secara langsung, berkomunikasi langsung dengan mereka, dan membangun merek yang kuat.
B2C: Bisnis B2C juga berhubungan dengan pelanggan tetapi seringnya melalui interaksi yang lebih tidak langsung, seperti melalui pusat panggilan, email, atau media sosial.
Kontrol atas Distribusi
D2C: Perusahaan D2C memiliki kendali penuh atas saluran distribusi mereka. Mereka dapat memutuskan cara terbaik untuk menyampaikan produk kepada pelanggan mereka.
B2C: Bisnis B2C mungkin harus berurusan dengan berbagai saluran distribusi yang dapat termasuk perantara, seperti grosir, distributor, atau toko ritel.
Kemampuan untuk Membangun Merek
D2C: Dengan memiliki kontrol langsung atas pengalaman pelanggan, perusahaan D2C memiliki lebih banyak kesempatan untuk membangun merek yang kuat dan menjalin hubungan yang mendalam dengan pelanggan.
B2C: Bisnis B2C juga dapat membangun merek yang kuat tetapi mereka sering bersaing dengan banyak pesaing dalam pasar yang sama.
Skala Operasi
D2C: D2C seringkali lebih cocok untuk bisnis yang lebih kecil atau baru. Sebab, mereka dapat memulai operasi dengan relatif mudah dan tidak butuh infrastruktur besar.
B2C: Bisnis B2C bisa memiliki skala operasi yang lebih besar dan cenderung butuh investasi yang signifikan dalam infrastruktur dan logistik.
Keuntungan dan Tantangan
D2C: Keuntungannya termasuk kontrol lebih besar atas pelanggan dan pengalaman pembelian serta data pelanggan yang lebih kaya. Tantangannya termasuk membangun saluran distribusi dan mengelola operasi logistik.
B2C: Keuntungannya termasuk akses ke berbagai saluran distribusi yang sudah ada tetapi persaingan yang ketat dan kemungkinan pengurangan margin keuntungan bisa menjadi tantangan.
Contoh Strategi D2C
Ada salah satu merek di Indonesia yang telah berhasil menerapkan model D2C, yakni J.co donut & Coffee.
J.co donut & Coffee
Contoh bisnis yang berhasil menerapkan model bisnis D2C adalah J.Co Donut & Coffee. Mereka berhasil menjalankan esensi D2C dengan mendekatkan konsumen secara langsung dengan produsen.
Dalam membuat produk mereka lebih mudah diakses oleh konsumen, J.Co Donut & Coffee telah membuka sejumlah outlet yang sangat banyak. Saat ini, mereka memiliki lebih dari 300 outlet tersebar di seluruh dunia. Nah, konsumen dapat dengan mudah membeli produk mereka melalui outlet-outlet ini.
Selain itu, J.Co juga menyediakan opsi pemesanan melalui website mereka. Setelah konsumen melakukan pemesanan, produknya akan diantar dari outlet terdekat dengan lokasi konsumen.
Pendekatan ini memastikan bahwa produk selalu tersedia dengan cepat dan dalam jarak yang dekat dengan konsumen. Pendekatan yang diterapkan oleh J.Co Donut & Coffee bisa dijadikan inspirasi ketika kamu ingin menerapkan model D2C di industri kuliner atau bisnis lainnya.
Sudah Paham tentang Model D2C, kan?
Jadi, bisa disimpulkan bahwa D2C adalah sebuah pendekatan yang menghubungkan produsen produk langsung dengan end user. D2C tentunya memiliki keuntungan tersendiri.
Jadi, kalian tertarik menerapkan D2C, kah?
Leave a Comment