Kalian mau memilih solusi kontainerisasi untuk pengembangan web? Sebaiknya kalian bandingkan dulu yuk antara Podman vs Docker, makanya langsung simak selengkapnya saja yuk mengenai Poin-poin Perbedaan antara Podman vs Docker.!
Apa Itu Kontainerisasi?
Kontainerisasi merupakan bentuk ringan virtualisasi yang mengemas kode dan semua dependensinya ke dalam objek tunggal bernama kontainer.
Penerapan teknologi tersebut mampu memastikan aplikasi berjalan dengan cepat dan menampilkan performa handal pada berbagai sistem dan platform.
Kontainer bersifat ringan, portabel, dan aman serta menyediakan ruang terpisah yang kompatibel dengan berbagai lingkungan komputasi. Dengan memisahkan software dari sistem operasi, kontainer bisa dipindahkan ke berbagai lokasi.
Penggunaan kontainer juga mampu mencegah bug dan error yang mengganggu kinerja software, loh.
Nah, untuk mengelola kontainer ini diperlukan penggunaan teknologi manajemen container, seperti Docker dan Podman.
Perbedaan antara Podman vs Docker
Berikut ini daftar perbedaan Podman vs Docker:
1. Perbedaan Arsitektur
Perbedaan paling signifikan antara Podman dan Docker terletak pada arsitekturnya.
Docker menggunakan daemon, suatu program background yang beroperasi terus-menerus untuk mengelola kontainer dan mempertahankan komunikasi antara klien dan server.
Sedangkan Podman tidak menggunakan arsitektur berbasis daemon. Dengan pendekatan Podman, pengguna bisa mengelola kontainer secara langsung sehingga meniadakan perlunya proses daemon secara kontan pada background.
Podman mengelola kontainer menggunakan model fork-exec. Setiap kontainer Podman merupakan turunan dari proses utama Podman.
Pengelolaan secara langsung tersebut membuat kontainer Podman seringnya menjadi lebih cepat dibanding Docker. Selain itu, arsitektur Podman juga memperkuat keamanan.
2. Perbandingan Fitur
Meski menawarkan fungsionalitas yang serupa, Docker dan Podman memiliki beberapa perbedaan mencolok pada fitur-fitur yang tersedia.
Pertama, Podman menjalankan kontainer dalam mode rootless secara default. Artinya, Podman tidak butuh akses root untuk mengoperasikan kontainer. Hal ini karena Podman tidak menggunakan daemon untuk mengelola aktivitas.
Baru-baru ini, Docker juga menambahkan mode rootless ke konfigurasi daemon. Namun, bukan sebagai pengaturan default.
Perbandingan kedua adalah fitur networking. Docker memiliki model networking yang mudah digunakan sehingga memungkinkan kontainer untuk berkomunikasi dengan sesama maupun dengan pihak luar.
Kemampuan networking pada Podman juga meningkat. Namun, set up-nya dianggap lebih kompleks dibanding Docker.
Perbandingan ketiga adalah dari segi manajemen gambar. Baik Docker maupun Podman bisa mengelola kontainer gambar secara efisien. Namun, Podman cenderung lebih cepat karena memungkinkan interaksi langsung tanpa penggunaan daemon.
3. Manajemen Siklus Kontiner
Tanpa adanya daemon, Podman harus menggunakan pendekatan berbeda untuk manajemen siklus kontainer.
Di Linux, Podman mengandalkan Systemd untuk mengelola layanan dan mendukung pengoperasian kontainer. Systemd membuat control unit untuk kontainer yang ada atau untuk menghasilkan kontainer baru.
Dengan menggunakan Systemd, kalian bisa memulai, menghentikan, dan memeriksa berbagai layanan yang berlangsung di dalam kontainer dengan lebih mudah. Sementara itu, Docker menangani semua tugas tersebut secara internal melalui daemon.
4. Orkestrasi Kontainer
Pengguna Docker biasanya menggunakan Docker Compose untuk menentukan dan mengelola aplikasi multi kontainer dengan lebih mudah.
Sedangkan Podman menyediakan alternatif yang kompatibel, yakni Podman Compose. Alternatif ini biasanya bekerja lancar dengan file dari Docker Compose.
Namun, Podman tidak mendukung Docker Swarm yang berperan penting untuk mengatur beban kerja aplikasi multi kontainer.
Nah, agar tidak mengarah pada terjadinya error, pengguna harus menyiasati kekurangan tersebut dengan menggunakan sistem orkestrasi eksternal, seperti Kubernetes.
Sistem tersebut menawarkan fitur yang mirip dan terintegrasi dengan baik ke Podman. Namun, perlu beberapa konfigurasi dan pengaturan tambahan untuk memastikan integrasi bekerja dengan baik.
5. Keamanan
Tingkat keamanan juga termasuk perbedaan Podman vs Docker yang menjadi pertimbangan penting, loh.
Dalam hal ini, Podman memiliki pengaturan keamanan bawaan yang lebih unggul. Pengaturan bawaan Podman sudah mencakup fitur. seperti kontainer rootles, seccomp profile, dan user namespace.
Meski Docker juga memiliki fitur-fitur tersebut, pengaturannya tidak mengaktifkan secara default. Jadi, kalian bakal butuh melakukan beberapa langkah setup ekstra.
Anyway, keunggulan utama keamanan Podman terletak pada fitur kontainer rootless, yang mana menurunkan risiko serangan privilege. Selain itu, tidak adanya daemon juga menghilangkan potensi serangan vector yang ada pada arsitektur Docker.
Jadi, Mana yang Harus Saya Pilih?
Bisa dibilang bahwa Docker sudah menjadi pilihan standar dalam waktu lama. Namun, kehadiran Podman dengan arsitektur dan pendekatan yang inovatif bisa menjadi alternatif yang lebih baik, sih.
Nah, untuk menentukan tool yang tepat, silakan kalian pertimbangkan kebutuhan dan prioritas.
Jika mengutamakan keamanan dan penggunaan Systemd maka Podman lebih sesuai. Namun, jika lebih suka tool yang terdokumentasi dengan baik dan perlu pakai Docker Swarm maka sebaiknya menggunakan Docker.
Semoga bermanfaat 🙂
Leave a Comment